Pages - Menu

Ahli Hadits, Lebih dari Sekedar Seorang Programmer

Admin
Ya, memang benar. Kalau dipikir-pikir seseorang seperti saya ataupun orang-orang yang lebih senior daripada saya dalam masalah programming, ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan kemampuan yang dimiliki oleh seorang ahli hadits. Betapa tidak, seorang ahli hadits seperti Syaikh Muhammad Nasirudin Al Albani rahimahulloh, sampai ke jaman salaf dulu seperti Imam Bukhari ternyata mereka adalah orang-orang yang luar biasa.


Kalau kita runtut tentang shiroh mereka, tentang perjalanan hidup mereka, maka kita akan merasakan bahwa mereka itu hanya hidup di alam mimpi atau dongeng belaka. Tapi memang hal itu terjadi di dunia ini dan nyata. Allah memang memberikan kekhususan kepada orang-orang yang benar-benar menghabiskan hidupnya untuk umat. Dan mereka diberikan karomah yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang jauh dari hidayah.

Paling tidak seorang programmer hanya menghafalkan beberapa reserved words yang harus ia gunakan untuk coding dalam membuat sebuah aplikasi. Dan reserved words tersebut terbatas. Tidak sebanyak reserved words yang ada di hadits, itupun seorang programmer bisa saja lupa bahkan tidak hafal seluruhnya terkecuali dengan melihat file manual. Seperti saya yang selalu membaca-baca tabel function untuk mengetahui function-function yang bisa saya pakai untuk coding. Kalau ahli hadits seperti para ulama hadits? Mereka hafal di luar kepala, bahkan jalur sanad yang tsiqoh, yang dha’if, maudu’, mursal, mereka hafal semuanya. Dari riwayat seorang shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, mereka hafal, bahkan dari jutaan sanad mereka sangat hafal detailnya.

Makanya itu sungguh seorang programmer seperti saya ini merasa iri kepada mereka. Mereka benar-benar makhluk yang diciptakan oleh Allah dengan berbagai keistimewaan. Sungguh tak bisa diri ini mencela mereka, saya sendiri tidak berani mencela mereka, sebab tahu kadar skill mereka, kadar keilmuan mereka yang hebat dibandingkan dengan yang saya miliki, atau bahkan setiap programmer pada umumnya.

Ahli hadits dan programmer paling tidak memiliki beberapa kesamaan, yaitu mereka adalah para penghafal, mereka harus teliti, dan mereka hati-hati dalam setiap langkah. Makanya itu, sungguh salah kalau mereka mengatakan, “Wah enak ya jadi programmer, bisa ini itu, bisa bikin ini dan bikin itu”. Sesungguhnya tidak seperti itu juga, tergantung dari diri kita menanggapi sebuah pekerjaan. Kalau pekerjaan itu menyenangkan bagi saya, tentu saja saya akan ambil itu dan saya akan kerjakan dengan senang hati. Sebagaimana saya sangat senang dalam membaca buku-buku para ulama, atau membuat software untuk dakwah.

Dan seperti itu juga seorang ahli hadits setingkat Imam Bukhari, mereka terbangun di malam hari sholat malam, kemudian menulis buku, menulis hadits, menghafalkan hadits, berjalan melewati padang pasir, lembah, bukit, menyebrangi lautan hanya untuk mendapatkan sebuah hadits shahih. Tulisan-tulisan mereka pun akhirnya bermanfaat untuk orang-orang di akhir zaman seperti kita. Sedangkan seorang programmer? Apabila ada program yang lebih canggih daripada buatan programmer itu sendiri, maka program buatannya sudah tidak bisa dipakai lagi. Yaa, itulah nggak enaknya. Sedangkan mereka, tulisannya akan terus terbaca hingga waktu yang ditentukan oleh Allah.

Yang sedang saya coba geluti sekarang adalah belajar hadits. Sebab mempelajari hadits ini seperti ketika saya mencoding, saya merasakan feel di situ, semoga saya bisa istiqomah untuk belajar. Tapi yang jelas ini tak luput dari do’a ibu bapak, saudara, teman-teman dan orang-orang yang saya cintai. Intinya sih, saya ingin menegakkan Islam ini dengan ilmu, dakwah kepada Allah hingga setiap individu faham terhadap agamanya. Insya Allah.

SUMBER:

No comments:

Post a Comment